Senin, 13 Februari 2017

AADC di Thailand (Ada Apa Dengan Chao Phraya)

Wat Arun dan Chao Phraya River (doc pribadi)

        Matahari sudah semakin tinggi. Panasnya kota Bangkok selalu menemani langkah kami sepanjang perjalanan. Seorang kakak yang selalu setia mengajak kami untuk menikmati keindahan lain dari Bangkok. Dari kejauhan sudah terlihat gelombang air berwarna coklat dan beberapa boat yang berlalu lalang. Chao Phraya River. Nama ini sudah sangat melekat di hati para masyarakat Bangkok.  Chao Phraya telah banyak berjasa selama ratusan tahun dalam mendukung kehidupan dan perekonomian masyarakat Thailand. Sungai Chao Phraya tidak hanya digunakan untuk irigasi dan penampungan air, tetapi juga sebagai alat transportasi. Tidak perlu menunggu terlalu lama, kami mengantri menuju loket pembelian tiket penyeberangan. Untuk satu kali penyeberangan cukup membayar seharga 3-5 baht per orang. Sungai Chao Phraya bisa dibilang memiliki gelombang yang cukup besar. Baru berada dipinggir dermaga, papan yang menghubungkan tepi sungai dengan kapal mulai bergoyang-goyang. Tidak lama kemudian, jangkar mulai dilepas dan mesin berbunyi semakin keras. Kapal yang membawa kami mulai membelah sungai Chao Phraya !. Dari kejauhan , nampak kemegahan stupa Wat Arun yang seolah-olah mengatakan kepada kami “Hai, inilah salah satu keindahan dari Bangkok !”  Kalau malam hari atau senja pasti suasananya akan lebih indah karena Wat Arun akan memancarkan cahaya keemasannya, Suoi ! Untuk menyeberang sungai kira-kira membutuhkan waktu sekitar 15 menit tergantung tempat mana yang akan dituju. Jadi kapal-kapal di sana juga semacam ada jalurnya tersendiri. Sesampainya di seberang sungai, kami sempat berkeliling sejenak. Di seberang sungai ternyata banyak pasar yang menjual cinderamata khas Thailand. Oiya khusus jika teman-teman akan berbelanja oleh-oleh di Wat Arun, penjual-penjual di sini mau menerima mata uang rupiah lho. Beberapa orang juga bisa berbahasa Indonesia J. Wah jadi terharu.

        Melihat kenyataan tentang Sungai Chao Phraya , sejenak jadi berpikir, “coba kalau di Indonesia banyak sungai yang bisa dimanfaatkan sebagai transportasi, terutama di daerah terpencil, pasti perekonomian akan semakin berkembang pesat". Mungkin beberapa contohnya sudah ada seperti di Kalimantan misalnya, perahu ketinting sudah menjadi transportasi favorit para warga. Di daerah sungai Citanduy, perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, sungai juga digunakan sebagai jalan alternatif antar desa, karena jika menempuh penyeberangan melalui jembatan akan memakan waktu yang lebih lama. Sayangnya segi safety-nya masih kurang. Perahu yang digunakan masih berupa rakit yang ditarik menggunakan tali tambang yang dibentangkan di antara dua bibir sungai yang berseberangan. Tapi jadi asik-asik gimana gitu pas naik rakitnya J.

        Masih di tepi sungai Chao Phraya. ...


       Setelah cukup puas, kami memutuskan untuk kembali lagi menuju kompleks Wat Arun. Ketika di pinggir dermaga, tidak sengaja di belakang kami terdengar suara “Assalamu’alaikum”. Ketika saya dan seorang teman menoleh ternyata seorang lelaki paruh baya berpostur tinggi, berwajah India-Arab, berbaju koko lengkap dengan peci berdiri menyapa kami. “Wa’alaikumsalam” jawab kami. Kami mulai sedikit percakapan dengan beliau. “Where are you come from ?” tanya kami. “Burma” jawab beliau. Kalau tidak salah beliau sebenarnya adalah orang Urdu, Pakistan. Beliau tengah dalam perjalanan untuk mencari mushola karena waktu sholat Jum’at akan segera dimulai. Meskipun kami tidak mengenal, saya benar-benar merasakan bahwa “Sesungguhnya mukmin itu bersaudara” (Surat al-Hujurat :10). Sayangnya saya tidak bisa menanyakan banyak hal lebih jauh lagi dengan beliau karena kapal penyeberangan akan segera berangkat. Sampai jumpa lagi Pak, semoga keberkahan selalu menyertai langkah Bapak J

Mr. Burma (doc. pribadi)


Lalu Ada Apa Dengan Chao Phraya ? J
Chao Phraya tak hanya menunjukkan keindahan dan keanggunannya. Ia juga memberikan banyak pelajaran bahwa  “Sebaik-baik kamu adalah yang memberi banyak manfaat bagi orang lain”
        

0 komentar:

Posting Komentar